Memuat…
Seorang petugas mengisi bahan bakar ke truk tangki di TBBM Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur. FOTO/ANTARA/Didik Suhartono
“Saat ini semua orang memberikan solar bersubsidi per liter per liter, negara mensubsidi Rp 7.800. Jadi nilai subsidinya lebih mahal dari harga jualnya,” kata Nicke dalam RDP bersama Komisi VII, Selasa (29/3/2022). .
Lihat lainnya: Distribusi solar dan pertalite diprediksi turun 15% tahun ini
Selanjutnya, penyaluran subsidi solar ditetapkan sebesar Rp. 500 per liter, padahal selisihnya saat ini Rp. 7.800 per liter. “Sisanya Rp 7.300 per liter dalam bentuk ganti rugi, yang dari segi penentuan angka, penggantiannya akan berbeda, ini membutuhkan waktu, sehingga menggerus cash flow Pertamina,” ujarnya.
Nicke menyarankan agar mekanisme subsidi solar saat ini dikaji ulang agar tidak membebani anggaran negara. Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tutuka Ariadji mengatakan kuota solar untuk tahun ini disediakan sebesar 15,1 juta kilo liter (KL), turun 4,43% dari tahun lalu. Sedangkan realisasi penyaluran solar telah mencapai 2,49 juta KL atau 10% di atas kuota year to date.
Lihat lainnya: Pertamina Buka Peluang Impor Minyak Rusia Murah
“Akhir tahun diperkirakan terjadi kelebihan kuota 14 persen atau 16,002 juta jika penertiban tidak berhasil,” kata Tutuka.
(nng)
.
Dimiliki oleh Ipadguides